Memacari pria beristri, apa salahnya?

Majalah Femina edisi terbaru memuat artikel tentang perempuan kedua. Ada tiga orang narasumber yang disamarkan namanya di situ, yang berkisah mengenai pengalaman mereka menjadi perempuan kedua dalam kehidupan kekasih mereka.

Mereka bercerita tentang bagaimana awalnya mereka bisa berada pada posisi itu, perjalanan, pengalaman, dan apa yang mereka pikirkan tentang hubungan tersebut.

Ada juga wawancara dengan seorang psikolog perempuan, yang tentu saja tidak bisa membenarkan hubungan seperti itu terjadi. Ia menyarankan para perempuan kedua ini segera mengakhiri hubungan mereka dengan kekasih-kekasih mereka, dan memulai relasi baru dengan pria yang tidak terikat tali pernikahan.

Ah, seandainya hidup semudah itu …

Ketiganya memiliki kesamaan kisah denganku. Aku — mungkin juga para perempuan kedua atau kekasih gelap lain, where ever they are — sebetulnya nggak pernah berniat jatuh cinta pada laki-laki yang sudah beristri. Cintalah yang membawa kami ke dalamnya.

Seperti aku juga, ketiga narasumber ini juga berelasi bukan karena materi. Kami menjalani relasi ini berlandaskan cinta yang mengalir apa adanya. Salah satunya bahkan mengatakan bahwa, dirinya jauh lebih mapan dari laki-laki beristri kekasihnya itu.

Mungkin harus kujelaskan dengan gamblang bahwa kekasih gelap berbeda dengan wanita simpanan. Wanita simpanan menjalani relasi ini karena uang. Mereka menggantungkan kehidupan mereka pada para lelaki yang menyimpan mereka. Ada uang bulanan dan segala kebutuhan hidup yang dijamin oleh si penyimpan. Mereka hanya perlu merawat diri dan melayani si lelaki dengan sebaik-baiknya.

More money, better service. More they get, better they give.

Kami tidak. Kebanyakan dari kami adalah perempuan bekerja, sebagian bahkan memiliki karier yang baik, mapan secara materi. Hey, we are not talking about money, here.

Semua terjadi hanya karena witing tresno jalaran seko kulino. Cinta yang tumbuh karena kebersamaan. Tak terhindarkan karena sering bersama.

Mungkin terdengar naif bahwa di kota metropolitan seperti ini ada manusia yang membicarakan cinta yang utuh dan tulus. Tapi, beginilah kami adanya.

Anda boleh percaya atau tidak, suka atau tidak, kami adalah bagian dari kehidupan di sekeliling Anda. Bahkan mungkin pasangan Anda juga salah satu dari pelaku kehidupan ganda seperti kami. Siapa tahu bukan?

Bukan mau menakut-nakuti, tapi hanya mengingatkan bahwa cinta yang datang pada waktu yang salah ini bisa menghinggapi siapa saja dan kapan saja.

Watch us, wives!